Rasa kesal sering muncul pada diri kita. Bener nggak…??! Entah kepada teman, saudara, tetangga, guru, pacar atau bahkan kepada orang tua kita sendiri. Rasa kesal itu bisa muncul karena mendapat perlakuan kurang baik dari orang lain. Walaupun orang itu belum tentu salah. Seperti kesal karena dicuekin, nggak disapa teman atau tetangga, dimarahi guru gara-gara nggak buat PR, SMS nggak dibales, telepon tak diangkat, janji tak ditepati atau nggak dikasih uang jajan sama orang tua. Rasa kesal ini jika tidak segera diredam akan menimbulkan su’udzan, amarah dan bahkan retaknya tali persaudaraan.
Kita harus segera menetralisir kekesalan kita sebelum semua berbuah penyesalan. Dengan kita berhuznudzan dan senantiasa beristighfar, kemungkinan hal buruk akibat dari rasa kesal bisa diminimalisir. Hati pun takkan resah dan merasa tenang.
Memang sih kesal terhadap orang lain itu sudah sering dan biasa terjadi. Tapi akan lebih baik jika kita menghindari rasa kesal yang berkepanjangan itu dengan huznudzan; mungkin saja orang yang nyuekin kita sedang tidak berkonsentrasi atau banyak fikiran, teman atau tetangga kita yang lewat tak melihat kita sehingga tak menyapa, guru memarahi kira dengan tujuan agar kita disiplin dan tidak mengulangi kesalahan lagi, bisa jadi yang di-SMS HP-nya sedang di-charge sehingga nggak aktif dan orang yang ditelepon sedang sibuk atau mungkin orang tua kita sedang nggak punya uang.
Sebenarnya, rasa kesal itu muncul tergantung kita menyikapi keadaan dan memandang orang itu. Seringkali prasangka buruk yang kita voniskan kepada orang nggak sesuai dengan kenyataannya. Karena itu, Nabi bersabda,
“Jauhilah olehmu berprasangka buruk (su’udzan), karena prasangka buruk itu adalah sedusta-dusta perkataan.” (HR. Bukhari)
Lebih baik jika kita menginstropeksi diri lebih dahulu sebelum kita menyalahkan orang lain. Bisa saja perilaku kurang baik yang kita terima merupakan efek dari tingkah laku kita sendiri. Dunia ini berputar. Seperti halnya diri kita. Terkadang kita didzalimi orang, tapi tak jarang pula kita mendzalimi orang. Ngono pow...??! hhehhe (^_^”)
Rasa kesal juga dapat dipicu oleh banyak hal lain, mialnya dicela, dihina, digunjing, tidak dihargai pendapat atau bantuan kita, tidak diperhatikan alias dicuekin, disakiti, mendapat jawaban sengak dari orang yang kita tanya dengan baik-baik, atau hak kita dirampas. Hati-hati !, bila kesal muncul karena hawa nafsu bisa jadi itu adalah bisikan setan yang akan berusaha menanam permusuhan antara kita. Naudzubillah min dzalik.
Dan kesal yang seperti itulah yang akan berdampak sangat fatal. Jika iman kita takkuat, tak beristighfar, dan selalu membesar-besarkan su’udzan, nafsu untuk melampiaskan pembalasan atas kekesalan yang kita terima akan semakin menjadi-jadi. Celaan dan hinaan akan mudah terluncur dari lidah kita. Belum lagi rasa nggondok dan ketidaktenangan hati. Bahkan penganiayaan dan pembunuhan serta fitnah pun bisa terjadi karenanya.
Kita ambil contoh dari peristiwa yang belum lama ini terjadi di wilayah kabupaten Kendal, yaitu pada Sabtu 10 September 2011 sore. Terjadi tawuran antara warga desa Ringinarum dengan desa Ngrejo, kecamatan Ringinarum.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari berbagai situs (Detik.com & Kompas.com), kejadian itu bermula dari masalah sepele. Empat remaja desa Ngrejo melintas di dukuh Maron, desa Ringinarum. Karena mengendarai motor dengan ugal-ugakan, seorang warga dukuh Maron, Solekhah, menegur keempatnya. Namun keempat remaja itu malah mencacimaki Solekhah.
Tidak terima ibunya dicacimaki, Alex, anak Solekhah menghajar salah satu dari keempat remaja tersebut. Masalah tak berhenti. Setelah keempat remaja itu kabur ke desanya, mereka kembali lagi ke dukuh Maron seraya mengajak kawan-kawannya yang lain untuk mencari Alex. Karena tidak ketemu, beberapa remaja dari desa Ngrejo lantas mengobrak-abrik jemuran terbakau milik warga dukuh Maron. Warga setempat tidak terima dan tawuran pun pecah.
Dalam peristiwa itu, lima orang korban yang seluruhnya warga desa Ringinarum terkena tusukan senjata dari warga desa Ngrejo. Tiga diantaranya tewas dan dua lainnya kritis.
Itulah kurang lebih cerita salah satu contoh kesal yang berdampak sangat fatal. Dan akhirnya berujung sesal. Nggak hanya itu aja, bahkan masih banyak lagi kejadian tawuran seperti itu hanya gara-gara hal-hal sepele, dan pada umumnya disebabkan oleh kenakalan remaja. Seperti tawuran yang terjadi antara warga desa Ngilir dengan warga desa Bandengan dulu.
Ada juga kisah nyata dari Bandar Lampung, seorang ibu nekat membakar anaknya yang berusia 6 tahun lantaran kesal atas tingkah laku anaknya yang bandel. Sungguh kejam ibu itu! Ditaruh di manakah nuraninya sehingga nekat membakar anaknya sendiri. Bukankah perilaku anak itu mengikuti orang tua yang mendidiknya? Emosi selalu menguasai diri manusia. Sama halnya ketika kita menyuruh adik/teman kita untuk membeli telur. Tapi saat perjalanan, nggak sengaja telur itu jatuh dan pecah. Kemudian kita memarahi, memaki atau bahkan memukul adik/teman kita. Lalu, apakah setelah kita marah, telur yang tadi sudah pecah akan kembali utuh lagi..?! nggak kan..? Bahkan malah akan menambah masalah dan masalah.
Beberapa kejadian di atas hanyalah contoh kecil dari seabreg tragedi yang disebabkan oleh rasa kesal yang tidak di-manage dengan baik. Memang banyak faktor yang membuat rasa kesal dan jengkel timbul, banyak pula sumbu pemicu yang mengantarkan rasa kesal menjadi amarah, hingga akhirnya berujung pada pelampiasan yang berubah penyesalan.
Apapun sebabnya, rasa kesal bila tidak diolah dan disikapi dengan baik, akan berakibat buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Rasa kesal yang pada umumnya hanya dipendam dalam hati dan tidak tampak bisa diatasi dengan cara-cara seperti berikut :
a. Menghilangkannya dari hati. Sebisa mungkin, bila rasa kesal muncul agar diredam jangan sampai terbawa emosi.
b. Perbanyaklah membaca istighfar dan ta’awudz, insyaallah rasa kesal akan hilang.
c. Jangan sekali-kali kita membalas makian dengan makian atau cacian dengan cacian karena orang suka akan dunianya (kaya’ pramuka ae..), lebih baik kita diam dan menahan nafsu amarah. Ini bukan merupakan sikap pengecut tapi inilah karakter yang kuat dan perkasa.
d. Berwudlu. Dengan berwudlu hati kita insyaallah akan merasa tenang.
e. Berhuznudzanlah atau positive thinking yaitu dengan barpikir dan memposisikan diri kita sebagai orang lain dalam arti kita berpikir dari sudut pandang orang lain. Mungkin saja orang tersebut punya maksud lain yang lebih mulia untuk kita atau dia juga sedang kesal.
f. Pahamilah sifat dan watak orang lain sebelum kita memintanya memahami diri kita.
g. Introspeksi diri sebelum berprasangka kepada orang lain. Karena bisa jadi perlakuan kurang baik yang kita terima merupakan balasan dari tingkah laku kita sendiri.
h. Utarakan kekesalan kita pada orang yang membuat kita kesal. Dengan begitu kita bisa tahu kesalahan kita begitu juga sebaliknya.
Begitulah kurang lebih cara-cara mengelola rasa kesal agar akhirnya tak berujung sesal. Ingatlah jika rasa kesal tidak segera dipadamkan akan menjadi amarah dan dendam. Tahan dan maafkan! Dengan begitu insyaallah kita mendapatkan ampunan-Nya;
“Dan segeralah kamu kepada ampunannya dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran 133-134)
(Maftukhatun Ni’mah)