Indonesia adalah Negara terbesar
keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia
berdasarkan data sensus Badan Pusat Satistik pada awal tahun 2010 dalam
Herlinawati, Fitria & Santosa (2013) adalah 237.556.363 jiwa dengan
kepadatan 124/ km2. Tingginya jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik ini menjadikan Indonesia
berada dalam masalah. Masalah yang paling berkaitan adalah berhubungan dengan
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan warga (Herlinawati, et al, 2013). Berdasarkan
hal-hal tersebut, maka perlu adanya solusi untuk menekan angka kelahiran yang
sampai saat ini berjumlah 5.000.000 jiwa/ tahun.
Tubektomi atau yang biasa
dikenal KB steril adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran
telur (tuba fallopi) wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
akan mendapatkan keturunan lagi (Jannah & Djoko, 2014). Metode yang digunakan dalam
kontrasepsi tubektomi adalah dengan memotong dan mengambil sebagian saluran
telur dan kemudian dilakukan minilaparatomi atau sterilisasi laparaskopik untuk
mengikat tuba (membuat buntu). Prinsip pemotongan tuba fallopi inilah yang
membuat sel telur tidak dapat mencapai rahim sehingga terjadi kontrasepsi
permanen pada wanita atau yang disebut juga dengan KB steril atau kontrasepsi
steril.
Penggunaan tubektomi sebagai
kontrasepsi di Indonesia masih tergolong jarang. Berdasarkan data pemerintah
Indonesia, wanita yang menggunakan tubektomi sebanyak 5,5% (Jannah & Djoko,
2014) dari total keseluruhan pengguna kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena
sifat tubektomi yang permanen sehingga membuat pasangan berpikir ulang jika
kemudian berkeinginan untuk memiliki keturunan lagi. Sebenarnya, wanita tubektomi
masih bisa memiliki keturunan yaitu dengan jalan operasi yang menghubungkan
saluran tersebut secara tepat (reanostomosis)
untuk mengembalikan kesuburan (Jannah & Djoko, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jannah & Djoko (2014) terdapat 74% suami dengan persepsi positif terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi. Penelitian tersebut dilakukan pada 35 responden di Kelurahan Banyuajuh RT 02 RW 09 Kamal. Hal ini membuktikan bahwa seorang wanita yang menjalani kontrasepsi tubektomi tidak menjadi alasan bagi suami untuk berpersepsi negatif. Selain itu, seorang yang menjalani kontrasepsi tubektomi tidak ada pengaruhnya terhadap kesehatan mental meskipun untuk kesehatan fisik cukup berpengaruh bila dibandingkan dengan bukan pengguna kontrasepsi apapun (Kustiyati, Widjayanegara & Sukandar, 2012).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi tubektomi yaitu jumlah anak lebih atau sama dengan tiga, sikap positif dan dukungan keluarga (Kustiyati, et al, 2015). Sikap positif dan dukungan keluarga sangat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi ini, selain karena faktor mental namun juga terkait faktor dukungan terhadap wanita. Oleh karena itu, Kontrasepsi Tubektomi ini sangat disarankan bagi pasangan yang sudah memiliki anak lebih atau sama dengan tiga dan berkeinginan untuk tidak memiliki keturunan lagi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jannah & Djoko (2014) terdapat 74% suami dengan persepsi positif terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi. Penelitian tersebut dilakukan pada 35 responden di Kelurahan Banyuajuh RT 02 RW 09 Kamal. Hal ini membuktikan bahwa seorang wanita yang menjalani kontrasepsi tubektomi tidak menjadi alasan bagi suami untuk berpersepsi negatif. Selain itu, seorang yang menjalani kontrasepsi tubektomi tidak ada pengaruhnya terhadap kesehatan mental meskipun untuk kesehatan fisik cukup berpengaruh bila dibandingkan dengan bukan pengguna kontrasepsi apapun (Kustiyati, Widjayanegara & Sukandar, 2012).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi tubektomi yaitu jumlah anak lebih atau sama dengan tiga, sikap positif dan dukungan keluarga (Kustiyati, et al, 2015). Sikap positif dan dukungan keluarga sangat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi ini, selain karena faktor mental namun juga terkait faktor dukungan terhadap wanita. Oleh karena itu, Kontrasepsi Tubektomi ini sangat disarankan bagi pasangan yang sudah memiliki anak lebih atau sama dengan tiga dan berkeinginan untuk tidak memiliki keturunan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat Statistik. 2010. Diakses 15 September 2015 dari http://Sp2010.bps.go.id/index.php
/site? id=
Herlinawati.
Fitria, Maya, dan Santosa, Heru. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian
kontrasepsi tubektomi pada wanita Pasangan usia subur di RSUD Dr Pirnga di Medan
tahun 2012. Diakses pada 15
September 2015 dari http://202.0.107.5/index.php/gkre/article/view/3642
Jannah, Miftakhul dan Djoko, Hendro. (2014). Gambaran Persepsi Suami
tentang KB Tubektomi di Kelurahan Banyuajuh RT 02 RW 09 Kamal. Diakses pada 11
September 2015 dari http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/S1Kep/article/view/24/23
Jannah, Miftakhul dan Djoko, Hendro. (2015). Fungsi seksual wanita pasca tubektomi (studi
lapangan di kota surakarta). Jurnal
GASTER, 7 (1), 7-18.
Kustiyati, Sri. Widjayanegara, Hidayat, dan Sukandar, Hadyana. (2012). Kesehatan fisik dan
mental wanita pasca tubektomi (studi lapangan di kota surakarta). Jurnal
GASTER, 9 (2), 62-71.
Oktaviani,
Anastasia. (2010). Implementasi program keluarga berencana di Kelurahan
Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan (studi kasus: partisipasi pria dalam
program keluarga berencana)
0 komentar:
Posting Komentar